Reformasi  merupakan sebuah agenda besar dalam melakukan sebuah perubahan dalam  kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan reformasi di jadikan sebuah  bentuk bangunan pembebasan dari belenggu kediktatoran dari sebuah rezim  kepemimpinan. Karena reformasi merupakan salah satu proses dalam  membangun sebuah peradaban bangsa secara terbuka dan berani dalam  mengambil sebuah sikap, untuk mengemban amanat dan tanggung jawab suci  dalam mewujudkan sebuah perubahan.
Perjalanan reformasi yang  menjadi sebuah impian besar para pelopor gerakan dalam mengggulingkan  rezim kepemimpinan diktator, telah mengubah paradigma kebangsaan dari  tertutup menuju sebuah sistem keterbukaan. Sehingga dengan sistem  terbuka mengakibatkan sebuah idiologi baru masuk keranah kebangsaan.  Berangkat dari sinilah sistem keterbukaan dengan mengedepankan dalil  sebuah kebebasan telah menjadikan keberagaman corak berpikir berkembang  secara pesat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lebih jauh  lagi, bahwa pasca reformasi dengan sistem keterbukaan telah masuk  keranah keagamaan, agama Islam sebagai lumbung gagasan baru muncul di  era reformasi dengan berbagai wajah dalam menampakkan diri saat  menggagas tentang dunia ke-Islaman. Sehingga terjadilah sebuah  pertarungan yang sangat gencar dalam pemahaman tentang ke-Islaman di era  pasca reformasi.
Pergolakan pasca reformasi dalam dunia Islam  berkembang begitu pesat dalam kajian ekonomi, sosial, politik, budaya.  Mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kontroversial.  Bahkan sebuah gagasan yang cenderung mengarah di luar sebuah adat  kebiasaan masyarakat secara luas juga berkembang pesat. Sehingga  terkadang memunculkan sebuah paradigma berseberangan antara yang satu  dengan lainnya.
Reformasi merupakan salah satu pintu gerbang  keterbukaan dalam memahami dan menerjemahkan beragam persoalan yang  terjadi dalam kehidupan masyarakat. Bahkan reformasi menjadi sebuah  jalan idiologi dari luar berkembang begitu pesat masuk kewilayah  Indonesia, baik masalah ekonomi, sosial, budaya, politik, pendidikan  maupun dalam bidang yang lain.
Keberadaan reformasi telah  dijadikan alat oleh sebagian kelompok dalam menyebarkan sebuah gagasan  yang menjadi sebuah idiologi. Sehingga pasca reformasi berbagai pola  pikir dari paham yang menyimpang maupun paham yang ingin meluruskan  agama Islam bermunculan dengan berbagai wajah yang berbeda.
Paling  mencolok dalam paradigma Islam pasca reformasi merupakan pertarungan  sebuah wajah besar antara liberal dengan wajah khilafah. Sehingga kedua  wajah ini sering bersitegang mulai dari adu argumen sampai pertarungan  yang lebih fenomenal lagi. Mengingat pertarungan antara liberal melawan  khilafah merupakan sebuah pertarungan dari sebuah gagasan dan budaya  dari luar nusantara.
Liberal merupakan gagasan yang datang dari  bangsa barat. Sehingga paradigma berpikir dari kelompok liberal  cenderung mengarah terhadap permasalahan akal dalam menafsiri sebuah  kehidupan. Karena liberal menekankan kepada aspek kebebasan hak  individu, tetapi kelemahan terbesar dalam liberal terletak dalam  penekanan tentang masalah gagasan yang cenderung menegasikan masalah hak  sosial.
Hasil olah pikir liberal sering mengadopsi dari  pemikiran barat dalam menerjemahkan tentang sebuah kehidupan beragama.  Berangkat dari sinilah liberal terjebak pengulangan gagasan dengan  mengarah pada kebebasan semu dalam membangun paradigma berpikir. Sebab  liberal cenderung pada olah konteks dalam memberikan sebuah tafsir  tentang keagamaan, padahal dalam menafsirkan keagamaan tidak hanya  sebatas mengandalkan tentang konteks belaka. Namun antara teks dan  konteks harus mampu di sinergikan dengan tepat.
Sedangkan  khilafah mengarah terhadap cara pandang tekstual dalam memberikan sebuah  tafsir tentang ke-Islaman. Sehingga paradigma khilafah terjebak dalam  pemahaman secara teks dan jauh dari multi real kehidupan. Berangkat dari  sinilah sebuah bangunan khilafah cenderung mengadopsi paradigma gagasan  budaya dari bangsa timur tengah dalam memberikan sebuah gambaran  tentang Nilai-nilai ke-Islaman.
Pasca reformasi dengan ranah  paradigma ke-Islaman yang berkembang dalam pertarungan idiologi liberal  barat melawan khilafah timur tengah, ternyata memunculkan sebuah gagasan  dari Islam tradisional sebagai penyeimbang antara liberal dengan  khilafah. Sebab Islam tradisional lebih menekankan pada aspek teks dan  konteks secara sinergi dalam lingkup NIlai-nilai tentang ke-Islaman.  Sehingga dalam wajah Islam tradisional merupakan sebuah bentuk penerapan  masyarakat pribumi dalam menggali sebuah ajaran Islam dengan konteks  budaya, agar terjadi sebuah mutualisme secara real antara teks dan  konteks dalam ajaran Islam.
Islam tradisional lebih cenderung  mengarah menuju sebuah gagasan dari menggali nilai luhur masyarakat  pribumi sendiri dalam menggagas sebuah konsep ke-Islaman. Sebab budaya  timur tengah maupun budaya dari barat sangat tidak cocok dengan  kepribadian masyarakat pribumi. Karena itu dengan menggali nilai luhur  dalam memunculkan sebuah nilai tentang kearifan lokal dengan di masuki  ajaran Islam sebagai penyeimbang antara kehidupan profan dan sakral.  Berangkat dari sinilah antara kearifan lokal dapat berjalan berdampingan  dengan Nilai-nilai ajaran Islam, untuk mengkaji sebuah teks dan konteks  yang saling berintegrasi.
Paradigma Islam tradisional merupakan  sebuah jalan tengah dalam menerjemahkan tentang Nilai-nilai ke-Islaman,  agar bangsa Indonesia di era pasca reformasi mampu menggali khazanah  nusantara, agar dapat di padukan antara teks dan konteks secara tepat  dalam mencapai sebuah kemaslahatan umat yang berlandaskan dari ajaran  suci agama Islam. Dan Allah Memberi petunjuk kepada kebenaran, atas  rahmat, keagungan, dan kemuliaan-NYA.
Selasa, 22 Mei 2012
Paradigma Islam Tradisional Pasca Reformasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar