Islam  tradisional tumbuh berkembang dalam nafas kehidupan masyarakat  nusantara. Sehingga Islam tradisional salah satu perpaduan dalam  mensinergikan antara teks dan konteks dalam agama Islam, agar Islam  dapat berjalan beriringan dengan adat istiadat masyarakat. Mengingat  budaya masyarakat pribumi begitu kompleks dalam kehidupan masyarakat  nusantara. Berangkat dari sinilah Islam tradisional tumbuh berkembang  pesat dalam tatanan kehidupan masyarakat di tingkat infrastruktur maupun  suprastruktur.
Keberadaan Islam tradisional merupakan wajah  dalam mensinergikan budaya masyarakat pribumi dengan Nilai-nilai  ke-Islaman nusantara, untuk menggagas berbagai macam permasalahan dalam  kehidupan masyarakat, baik ditingkat infrastruktur maupun suprastruktur,  agar terjadi sebuah paradigma pemikiran tentang ke-Islaman yang sejalan  dan berimbang antara teks dan konteks ke-Islaman.
Nafas islam  tradisional tumbuh berkembang ditengah-tengah kehidupan masyarakat  nusantara. Bahkan dengan corak keberagaman antara masyarakat nusantara  yang satu dengan masyarakat nusantara yang lainnya, tetapi walaupun  beragam corak dalam kehidupan masyarakat nusantara. Bahwa sejak dahulu  kala terdapat sebuah bangunan kerukunan, menghargai, tepa selira dalam  kehidupan antar masyarakat nusantara.
Sedangkan Islam liberal  dengan wajah barat dalam mengadopsi ke-Islaman melakukan berbagai  manuver politis, tentu dengan tujuan membuka masyarakat tradisional,  agar dapat mengikuti kehendak paradigma Islam liberal dalam membedah  khazanah ke-Islaman, agar sesuai dengan budaya bangsa barat dalam  melakukan sebuah kajian. Sehingga yang terjadi sebuah kerancuan antara  teks dan konteks dalam khazanah ke-Islaman.
Masyarakat pribumi  nusantara sudah mempunyai kepribadian dan watak dalam corak pandang  tentang ke-Islaman, tetapi Islam liberal dengan ngotot melakukan sebuah  perubahan dalam kepribadian masyarakat nusantara, agar wajah ke-Islaman  nusantara terbelah dengan wajah bangsa barat. Sebab kalau wajah  ke-Islaman nusantara sudah mengadopsi budaya bangsa barat. Maka bangsa  barat dengan mudah masuk dalam ranah ekonomi. sosial, politik dan  berbagai bidang dalam kehidupan masyarakat nusantara.
Keberadaan  Islam liberal tumbuh berkembang secara pesat dengan paradigma bangsa  barat dalam menggagas ke-Islaman. Sejak reformasi bergulir sebagai pintu  gerbang dalam mengedepankan sebuah kebebasan disegala bidang. Berangkat  dari sinilah Islam liberal terus menyusup dalam lingkup akademis maupun  menyusup dalam lingkup yang lebih luas lagi.
Paradigma Islam  liberal cenderung mengadopsi gagasan barat dalam melakukan berbagai  kajian tentang ke-Islaman. Sehingga produk Islam liberal cenderung  mengarah kepada penghakiman terhadap budaya ke-Islaman tradisional yang  di anggap tidak mengalami sebuah kemajuan dalam membedah ke-Islaman.
Aneh  sekali, ketika Islam liberal membedah tentang lesbi dan gay yang di  anggap sebagai bentuk sebuah kemajuan zaman, apabila dikaitkan dengan  dunia ke-Islaman, padahal fenomena tentang Lesbi dan Gay bukanlah  permasalahan baru. Karena sejak zaman nabi sudah ada peristiwa tersebut,  seperti kisah Nabi Luth dalam menghadapi kebobrokan moral para kaum  homoseksual.
Permasalahan Lesbi dan Gay bukanlah permasalahan  baru, tetapi Islam liberal berusaha mengkaji ulang tentang permasalahan  Lesbi dan Gay, agar masyarakat dapat menerima keberadaan Lesbi dan Gay  sebagai bentuk wajah keberagaman dan kebebasan.
Peristiwa Irshad  Manji sebagai duta Islam liberal dapat dijadikan contoh kecil. Bahwa  gagasan Irshad manji tentang Lesbi dan Gay masuk dalam ranah nusantara,  ternyata di tolak oleh masyarakat Islam. Berangkat dari sinilah Islam  liberal memberikan sebuah gambaran. Bahwa orang yang menolak Irshad  Manji tidak menghargai sebuah kebebasan, padahal menolak atau menerima  merupakan sebuah bentuk kebebasan, apabila dilihat secara utuh tentang  makna kebebasan.
Irshad Manji merupakan duta besar Islam liberal  dalam menggagas ke-Islaman dengan corak pandang budaya bangsa barat,  padahal kalau di cermati dalam khazanah ke-Islaman sejak zaman klasik,  bahwa Islam sangat mengutuk tindakan Lesbi dan Gay, tetapi Islam liberal  berusaha melakukan sebuah tafsir Islam dengan cara paradigma budaya  barat dalam membedah tentang Lesbi dan Gay. Sehingga mengakibatkan  sebuah benturan antara teks dan konteks, apalagi Islam liberal berusaha  dengan ngotot memasukkan gagasan tentang Lesbi dan Gay dalam ranah  nusantara, agar Lesbi dan Gay dapat diterima dalam kehidupan masyarakat  nusantara sebagai wajah Islam kontemporer.
Paradigma Islam  liberal terus melakukan sebuah kajian dalam membedah budaya nusantara,  agar masyarakat nusantara membuka diri dengan budaya bangsa barat,  padahal bangsa barat sendiri tidak mau berwajah nusantara dalam  menggagas berbagai permasalahan tentang eksistensi bangsa barat,  begitupula masyarakat nusantara tidak akan cocok dengan budaya bangsa  barat dalam mengkaji beragam persoalan.
Islam tradisional  merupakan wajah masyarakat pribumi dalam setiap menggagas berbagai macam  tentang khazanah ke-Islaman, sedangkan Islam liberal merupakan wajah  bangsa barat dalam menggagas tentang ke-Islaman. Sehingga wajar dalam  paradigma berpikir Islam liberal saat bersandingan dengan Islam  tradisonal sering terjadi sebuah benturan dalam memberikan sebuah  argumen tentang khazanah ke-Islaman.
Keberadaan Islam tradisional  menginginkan sebuah paradigma antara teks dan konteks dapat terjadi  sinergi yang saling melengkapi, tetapi Islam liberal cenderung mengarah  terhadap kekuatan akal secara berlebihan dalam mengkaji ke-Islaman.  Berangkat dari sinilah dalam kajian Islam liberal cenderung mengarah  kepada kekuatan nalar, tetapi tidak mensinergikan antara teks dan  konteks secara utuh, tetapi hanya sebatas teks dan konteks secara  parsial.
Islam tradisonal dan Islam liberal dalam khazanah  nusantara merupakan dua wajah yang berbeda. Sebab Islam tradisional  mengedepankan paradigma ke-Islaman dengan teks dan konteks tanpa  mengabaikan khazanah nusantara. Sedangkan Islam liberal dalam mengkaji  ke-Islaman cenderung mengarah pada budaya bangsa barat, agar dapat di  terima dalam kehidupan khazanah nusantara.
"Dan Kami Sekali-kali  tidak akan mendapatkan petunjuk, kalau Allah tidak memberi petunjuk  kepada kami". Dan Allah SWT lebih mengetahui. Melalui Dia diperoleh  taufiq dan hidayah.
Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com).......................
Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com).......................

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar